Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam adalah manusia yang sempurna dan pada diri beliau itu suri teladan yang baik yang patut dan harus kita ikuti. Allah Azza Wa Jalla berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَا نَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al Ahzab : 21)
Dari ayat tersebut jelaslah bahwa wajib bagi setiap hamba meneladani beliau Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam dalam segala hal dan segala bidang, salahsatunya adalah menteladani beliau dalam akhlak atau budi pekerti.
Namun, barakah keteladan itu hanya berlaku bagi orang – orang yang hanya mengharap rahmat Allah Ta’ala dan mereka yang banyak mengingat Allah Ta’ala, tidak berharap dunia, dan berharap hari Kiamat sebagai hari pembalasan.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam dalam segala hal selalu mengedepankan nilai moral yang tinggi, karena memang dari sinilah eksistensi sosial manusia sebagai makhluk yang paling mulia di antara makhluk-makhluk yang lain terjaga.
Di dalam hadis penuturan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu juga dikatakan:
كان النبي صلى الله عليه وسلم أحسن الناس خلقًا
“ Adalah Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam manusia terbaik akhlaknya.’ (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi)
Ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam:
كَانَ خُلُقُهُ القُرْآنَ
“ Adalah Akhlak beliau Al Qur’an.” (HR. Muslim)
Jika wujud akhlak agung Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam adalah Al Qur’an maka meneladani akhlak agung beliau adalah dengan mengamalkan seluruh isi Al Quran. Tak hanya dalam urusan individu dan keluarga, tetapi juga dalam memimpin masyarakat dan negara. Tak hanya dalam pelaksanaan ibadah dan muamalah, tetapi juga dalam mengelola urusan hukum/peradilan, ekonomi, sosial, pendidikan, politik maupun pemerintahan. Begitulah seharusnya Baginda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam diteladani.
Alhasil, meneladani Baginda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam adalah dengan mengamalkan dan menerapkan syariah Islam secara kaaffah dalam seluruh aspek kehidupan.
Mulia dengan Akhlak
Seberapa pandainya seseorang yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, bila tidak bermoral, maka bukanlah kemaslahatan yang ditimbulkan.
Seberapa kayanya seseorang bila tidak bermoral, maka akan menimbulkan banyak persoalan sosial.!
Seberapa tampan atau cantiknya seseorang, bila tidak bermoral, maka hanyalah akan bergelimang dalam kebebasan pergaulan asusila yang dapat merusak masyarakat.!
Itulah sebabnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam diutus oleh Allah Azza Wa Jalla untuk menyempurnakan budi pekerti yang luhur.!
Di dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu aAnhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda:
إنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
“ Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi)
Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam diutus di tengah-tengah masyarakat pada jaman jahiliyah. Saat itu, akhlak dan prilaku masyarakat sangat biadab, penuh dengan penyembahan pada berhala, pengagungan manusia atas manusia lainnya, perbudakan, penuh dengan pertikaian dan penguasa yang menindas.
Begitulah, Allah Azza Wa Jalla mengutus Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam dilengkapi dengan perilaku (akhlak) yang mulia dan menjadi teladan terbaik bagi umatnya.
Contoh Sebagian Akhlak Nabi Shalallahu Alahi Wasalam
PERTAMA: Sikap Bijak yang Beliau Tunjukkan, Sekalipun Ketika Mengalami Tekanan Maupun Teror yang Amat Berat.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam adalah sosok yang amat tegar, sabar dan bijak dalam berdakwah dan membimbing umat menuju akhlak yang mulia, sekalipun menghadapi berbagai macam onak duri, rintangan, fitnah, tekanan dan ujian lainnya.
Untuk itulah setiap muslim muslimah wajib meneladani sikap dan akhlak beliau tersebut, terlebih ditengah masyarakat yang amat – amat memprihatinkan seperti sekarang ini.
BAGAIMANA CARANYA.?
Untuk mencapai akhlak tersebut diperlukan mujahadah dalam menjernihkan batin, membernarkan niat dan memperbanyak berdo’a.
Ketahuilah, seberapapun da bagaimanapun yang kita sampaikan, ia adalah suatu kebenaran yang tidak boleh disampaikan secara emosional dan gegabah, apalagi dalam kondisi masyarakat yang mengalami penurunan moral seperti kita sampaikan di depan. Dimana masyarakat tengah mengalami berbagai problem sosial ekonomi yang parah dan sangat memprihatinkan.
KEDUA: Penyayang dan Lembut
Hal yang wajib kita teladani dari beliau adalah sifat penyayang dan lemah lembutnya kepada siapapun. Inilah diantara rahasia sukses beliau mendidik dan membina akhlak umat yang saat itu benar – benar dalam puncak kebobrokan, menjadi masyarakat yang tertata dan memiliki akhlak yang mulia.
Ketahuilah saudaraku, Beliau adalah seorang ahli perang yang berpengalaman, kuat, keras namun selalu sabar dan penyayang (Rahmah). Bahkan beliau seorang yang amat sayang kepada siapapun mulai dari anak – anak sampai orang dewasa.
LIHATLAH KAWAN…!!!
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :
قَبَّلَ النَّبِيُّ صلى اللَّه عليه وسلم الْحَسَنَ ابْنُ عَلِيٍّ رضي اللَّهُ عنهما, وَعِنْدَهُ الأَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ. فَقَالَ : إِنَّ لِيْ عَشْرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا. فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى اللَّه عليه وسلم فَقَالَ : مَنْ لاَ يَرْحَمْ لاَ يُرْحَمْ
“ Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam mencium al_Hasan bin ‘Ali radhiyallahu ‘anhuma dan disisi beliau { ketika itu } ada Al Aqra’ bin Habis radhiyallahu ‘anhu, kemudian Al Aqra’ berkata : “ Sesungguhnya aku memiliki sepuluh anak, aku tidak pernah mencium satupun dari mereka.” Kemudian Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda : “ Barangsiapa yang tidak menyanyangi maka tidak disayangi.” { Shahih Bukhari 5997, shahih Muslim 2318 }
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, berkata :
أَنَّ أَعْرَبِيًّا بَالَ فِي الْمَسْجِدِ، فَقَامَ إِلَيْهِ بَعْضُ الْقَوْمِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم : دَعُوهُ وَلاَ تَزْرِمُوهُ. فقال أُنَاسٌ : فَلَمَّا فَرَغَ دَعَا بِدَلْوٍ مِنْ مَاءٍ فَصَبَّهُ عَلَيْهِ
“Bahwa seorang Badui buang air kecil di dalam masjid, maka bangkitlah beberapa shahabat mendatanginya, maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam dengan akhlaq kasih-sayangnya bersabda : “ Biarkanlah dia.! jangan putus buang hajatnya.!” Setelah selesai, Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam meminta seember air, lalu menyiramkannya di atas tanah bekas air kencing tersebut.” { HR. Bukhari 6025, Muslim 284 }
KETIGA: Karom atau Dermawan.
Beliau sangat dermawan lebih – lebih pada bulan Ramadhan. Tidaklah melewatkan satu hari kecuali beliau berinfaq didalamnya.
Contoh kedermawanan beliau shallallahu ‘alaihi wasalam banyak ragamnya, baik bersifat langsung, maupun tidak langsung. Jenis yang langsung, misalnya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan sedekah atau hadiah kepada orang lain. Sedangkan, cara lainnya dalam bersedekah, beliau shallallahu ‘alaihi wasalam tempuh –misalnya- dengan membeli sesuatu barang dan membayarnya dengan melebihkan harga yang diminta sang penjual.
Pernah pula pada waktu lainnya, beliau shallallahu ‘alaihi wasalam membeli barang dari seorang penjual, kemudian membayarnya sesuai permintaan penjual, dan sekaligus saat itu menyerahkan kembali barang yang dibelinya itu kepada penjualnya. shahabat Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma pernah mendapatkan kenangan manis seperti ini dengan insan termulia sepanjang zaman itu. Yaitu saat shahabat ini menjual ontanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam. (Zaadul Ma’aad fii Hadyi Khairil ‘Ibaad, Ibnul Qayyim II / 21-22)
KEEMPAT: Sikap Tawadhu’ atau Rendah Hatinya
Beliau pribadi yang tawadhu’ terhadap siapapun dan dalam kondisi bagaimanapun. Berikut salahsatu contoh sikap tawadhu’ beliau.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam menemui masyarakat umum, menyalami tangan-tangan mereka. Beliau tidak melepaskan jabatnya hingga orang-orang lebih dulu mengurai tangan mereka. Hal itu beliau lakukan walaupun dengan seorang Arab desa (Arab badui). Beliau tidak palingkan pandangan wajahnya, hingga orang terlebih dahulu mengalihkan tatapnya. Beliau tidak menjulurkan kaki kala duduk-duduk bersama-sama. Demikian kata Anas bin Malik, sebagaimana diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :
كَانَتِ الأَمَةُ مِنْ إِمَاءِ أَهْلِ الْمَدِيْنَة لتَأْخُذَ بِيَدِ رَسُولِ اللهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم، فَتِنْطَلِقُ بِهِ حَيْثُ شَاءَتْ
“ Ada seorang anak perempuan di Kota Madinah, ia menggapai tangan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam, lalu menggandengnya (menarik) kemana saja yang ia inginkan.” (HR. Bukhari 5724)
Itulah beberapa cuplikan beberapa keteladanan akhlak Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam yang perlu kita contoh. Terlebih di waktu ini, waktu moral dan akhlak yang sangat amat sedikit. Wallahu A’lam Bish Shawwab.