Dalil Isti’adzah dalam Al-Qur’an
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
“Aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”
Allah memerintahkan kepada setiap hamba-Nya yang hendak membaca Al-Qur’an agar memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk. Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa dalil isti’adzah, yaitu:
1. Q.S. An-Nahl ayat 98:
فَإِذَا قَرَأْتَ ٱلْقُرْءَانَ فَٱسْتَعِذْ بِٱللَّهِ مِنَ ٱلشَّيْطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ
Artinya: “Apabila kamu membaca Al-Qur’an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (Q.S. An-Nahl: 98)
2. Q.S. Al-A’raf ayat 199-200.
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ * وَإِمَّا يَنزغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نزغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya, “Jadilah pemaaf dan mintalah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh. Jika kamu ditimpa godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sungguh Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Q.S. Al-Araf ayat 199-200).
3. Q.S. Al-Mukminun ayat 96-98.
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُونَ * وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ * وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ
Artinya, “Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. Katakan, ‘Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari bisikan-bisikan syaitan. Aku berlindung (pula) kepada-Mu ya Tuhanku, dari kehadiran mereka padaku,” (Q.S. Al-Mukminun ayat 96-98).
4. Q.S. Fushshilat ayat 36:
وَإِمَّا يَنزغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نزغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Artinya, “Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Fushshilat ayat 36).
Ini mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an menjadikan penolakan perbuatan buruk dengan perbuatan baik sebagai cara untuk mengatasi syaitan dari jenis manusia, dan menjadikan isti’adzah sebagai cara untuk mengatasi syaitan dari jenis jin.
Tafsir Isti’adzah
Isti’adzah artinya adalah memohon perlindungan atau al-Istijarah (الاستجارة). Dan makna kalimat أعوذ بالله من الشيطان الرجيمadalah “Aku memohon perlindungan kepada Allah. bukan kepada yang selain-Nya, dari (godaan) segenap makhlukNya, yakni dari kalangan syaitan, agar tidak mencelakaiku dalam urusan agamaku, atau menghalangiku dari jalan kebenaran yang telah diwajibkan Rabbku.”[1]
Sementara menurut Ibnu Katsir Rahimahullah, maknanya adalah; “Aku memohon perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk agar ia tidak membahayakan diriku dalam urusan agama dan duniaku, atau menghalangiku untuk mengerjakan apa yang telah Dia perintahkan. Atau agar ia tidak menyuruhku mengerjakan apa yang Dia larang, karena tidak ada yang mampu mencegah godaan syaitan itu kecuali Allah.”[2]
Adapun kata “syaitan” dalam kalimat Arab mengacu pada setiap hal yang durhaka baik kalangan jin, manusia, hewan, dan lainnya. Oleh karena itu, Allah berfirman, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Q.S Al-An’am: 112)
Sahabat Umar bin Al-Khaththab pernah mengendarai seekor kuda yang membangkang dan banyak tingkah. Umar pun memukulnya, namun kuda tersebut tetap membangkang dan sulit dikendalikan. Sahabat Umar turun dan berseru, “Sungguh kalian telah menaikkan aku di atas syaitan! Aku tidak turun hingga jiwaku mengingkarinya!”
Karenanya, segala sesuatu yang durhaka disebut syaitan karena akhlak dan perilakunya berbeda dari akhlak dan perilaku jenisnya secara umum dan karena jauhnya dari kebaikan.[3]
Kata “ar-rajim” berwazan “fa‘il” (subyek) tetapi bermakna “maf‘ulun” (obyek). Kata ini berarti “yang terlempar/tercampak,” maksudnya terlaknat dan tercela. Segala yang tercela dengan ucapan buruk dan cacian adalah marjum. Asalnya ar-rajmu adalah lemparan dengan ucapan dan perbuatan. Salah satu rajam dengan ucapan adalah ucapan ayah Ibrahim (pamannya) kepada Ibrahim, “Jika Kau tidak berhenti, maka kurajam (caci dan kutuk) kau,” (Q.S. Maryam: 46).[4]
Hukum membaca isti’adzah
Para ulama sepakat bahwa isti’adzah secara lafazhnya ialah bukan merupakan bagian al-Qur’an dan bukan ayat al-Qur’an, namun itu diketahui dari sunnah secara lafazhnya. Adapun perintah membaca ta’awudz dari ayat 98 surah An-Nahl itu seperti ibadah-ibadah lainnya yang diperintahkan, tercantum di dalam Al-Qur’an namun rincian pengerjaannya mesti merujuk ke As-Sunnah maupun atsar para sahabat.
Adapun hukum membaca isti’adzah menurut jumhur ulama, adalah sunnah setiap kali membaca Al-Qur’an di luar shalat. Adapun di dalam shalat, mazhab Maliki berpendapat bahwa makruh membaca ta’awudz dan basmalah sebelum surah Al-Fatihah dan surah-surah yang lain, kecuali dalam shalat qiyamul-lail tarawih) di bulan Ramadhan. Dalilnya adalah hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, Abu Bakar, dan Umar Radhiyallahu ‘anhuma dahulu memulai shalat dengan bacaan Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin.” (HR. Muttaffaqun ‘Alaih)
Adapun Mazhab Hanafi mengatakan, bacaan isti’adzah dilakukan dalam rakaat pertama saja. Sedangkan mazhab Syafi’i dan Hambali berpendapat bahwa disunnahkan membaca isti’adzah secara samar pada awal setiap rakaat sebelum membaca surah Al-Fatihah.[5]
Beberapa Keadaan yang disyariatkan Membaca Isti’adzah [6]
1. Ketika akan membaca al-Qur’an
Allah berfirman:
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Artinya: “Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)
2. Saat mendapat godaan syaitan.
Allah berfirman:
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan Maka berlindunglah kepada Allah, sesungguhnya Dia maha mendengar dan maha mengetahui.” (Q.S Al-A’raf: 200).
3. Ketika datang was-was terhadap keyakinannya kepada Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda:
يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا مَنْ خَلَقَ كَذَا حَتَّى يَقُولَ مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ
Artinya: “Syaitan senantiasa mendatangi salah seorang dari kalian seraya berkata; siapa yang menciptakan ini dan siapa yang menciptakan itu hingga akhirnya dia bertanya ‘Lantas siapa yang menciptakan Tuhanmu?. Bila sudah sampai seperti itu maka hendaklah dia meminta perlindungan kepada Allah dan menghentikannya.” (HR. Bukhari: 3276)
4. Ketika Syaitan mengganggu dalam shalat
Dari ‘Utsman bin Abu Al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhu, bahwa dia datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lalu bertanya; “Ya, Rasulullah! Aku sering diganggu syaitan dalam shalat, sehingga bacaanku menjadi kacau karenanya. Bagaimana itu?” Maka bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:
ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْهُ وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلَاثًا قَالَ فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَهُ اللَّهُ عَنِّي
Artinya: “Ya, yang demikian itu memang gangguan syaitan yang dinamakan Khanzab. Karena itu bila engkau diganggunya, maka segeralah mohon perlindungan kepada Allah dari godaannya, sesudah itu meludah ke sebelah kirimu tiga kali!”
Dia berkata (Utsman): maka aku melakukannya dan Allah menghilangkannya dariku.” (HR. Muslim: 2203)
5. Pada saat marah.
Hal ini berdasarkan hadits dari Sulaiman bin Shurad Radhiyallahu ‘anhu. Ia menuturkan:
كُنْتُ جالِساً مَعَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم ، ورجُلان يستَبَّانِ فَأَحدُهُمَا احْمَرَّت وَجْهُهُ وانْتفَخَتْ أودَاجهُ. فَقَالَ النَّبِي صلى الله عليه وسلم: إِنِّي لأعلَمُ كَلِمةً لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عنْهُ مَا يجِدُ، لوْ قَالَ: أَعْوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ ذَهَبَ عنْهُ مَا يجدُ فقَالُوا لَهُ: إِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: تعوَّذْ بِاللِّهِ مِن الشَّيَطان
Artinya: Aku pernah duduk bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, sedang ada dua orang saling memaki. Seorang dari keduanya telah memerah wajah dan telah bengkak urat-urat lehernya, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun bersabda: “Sungguh aku tahu sebuah kalimat yang kalau ia ucapkan akan hilang apa yang dia dapati. Jika ia mengucapkan A’udzubillah minasy syaitan niscaya akan hilang apa yang ia dapati itu.” Maka para sahabat pun mengatakan kepada orang tersebut: Ta’awwudzlah kepada Allah dari syaitan.” (HR. Bukhari: 3282)
6. Saat mimpi buruk.
Dari Abu Qatadah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
الرُّؤْيا الصَّالِحَةُ مِنَ اللَّهِ، والحُلُمُ مِنَ الشَّيْطانِ، فإذا حَلَمَ أحَدُكُمْ حُلُمًا يَخافُهُ فَلْيَبْصُقْ عن يَسارِهِ، ولْيَتَعَوَّذْ باللَّهِ مِن شَرِّها، فإنَّها لا تَضُرُّهُ
Artinya: “Mimpi indah itu dari Allah, dan mimpi buruk itu dari syaitan. Jika diantara kalian mimpi buruk yang menakutkan maka meludahlah kesebelah kiri dan berlindunglah kepada Allah dari keburukannya maka hal itu tak akan membahayakannya.” (H.R Al-Bukhari: 3292).
7. Ketika hendak Masuk Masjid
عن عبد اللَّهِ بن عَمْرِو بن الْعَاصِ رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ كان إذا دخل الْمَسْجِدَ قال ( أَعُوذُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيمِ من الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ )
Dari Abdullah bin Amr Radhiallahu Anhuma, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Bahwasanya beliau apabila masuk ke masjid maka beliau membaca, “Audzu Billahil Azhim wa bi Wajhihil Karim wa Sulthanihil Qadim minasy Syaitanir Rajim (aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung dan dengan Wajah-Nya yang Maha Mulia dan dengan kekuasaan-Nya yang Qadim (dahulu tidak ada awalnya), dari gangguan syaitan yang terkutuk).” (HR. Abu Daud no. 466)
8. Saat mendengar gonggongan anjing dan ringkikan keledai.
Dari Jabir bin Abdillah Radhiallahu ‘anhum, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
إِذَا سَمِعْتُمْ نُبَاحَ الْكِلَابِ وَنُهَاقَ الْحَمِيرِ مِنْ اللَّيْلِ فَتَعَوَّذُوا بِاللَّهِ فَإِنَّهَا تَرَى مَا لَا تَرَوْنَ
Artinya: “Jika kalian mendengar gonggongan anjing dan ringkikan keledai pada malam hari, berlindunglah kepada Allah karena hewan tersebut bisa melihat apa yang tidak kalian lihat.” (HR. Abu Dawud: 5103)
9. Ketika singgah di suatu tempat.
Dari Khaulah binti Hakim Radhiyallahu ‘anha, ia menuturkan: Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ نَزَلَ مَنْـزِلاً فَقَالَ: أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ، لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ حَتَّى يَرْحَلَ مِنْ مًنْـزِلِهِ ذَلِكَ
Artinya: “Barangsiapa yang singgah di suatu tempat, lalu ia berdo’a mengucapkan: ‘Audzu bikalimatillahit tammati min syarri ma khalaq.’ (Aku berlindung dengan kalam Allah yang maha sempurna dari kejahatan semua mahluk yang Ia ciptakan). Maka tidak ada sesuatu pun yang membahayakan dirinya sampai dia beranjak dari tempatnya itu.” (HR. Muslim: 2708)
10. Ketika hendak masuk kamar mandi
Berdasarkan hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan, “Apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam hendak masuk kamar mandi beliau mengucapkan:
اللهم إني أَعُوذُ بِكَ من الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
Artinya: “Ya, Allah aku berlindung kepada-mu dari keburukan syaitan laki-laki dan syaitan perempuan.” (HR. Bukhari: 142, Muslim: 375)
11. Ketika merasakan sakit pada badannya
Dari Utsman bin Al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhu, tatkala beliau mengeluh sakit kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda,
ضع يدك على الذي يألم من جسدك وقل بسم الله ثلاثا وقل سبع مرات أَعُوذُ بعزة الله وَقُدْرَتِهِ مِن شَرِّ ما أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
Artinya: “Letakkan tanganmu di tempat yang sakit, kemudian bacalah doa ini sebanyak tujuh kali, A’udzu billahi wa qudratihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir (Aku berlindung kepada Allah dan kuasa-Nya dari keburukan yang kurasakan dan kukhawatirkan).” (HR. Muslim no. 2202)
12. Ketika pagi, petang, dan saat beranjak tidur
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ مُرْنِي بِكَلمَاتٍ أَقُولُهُنَّ إِذَا أَصْبَحْتُ وإِذَا أَمْسَيتُ، قَالَ: قُلْ: “اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَواتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الغَيْبِ وَالشَّهَادةِ، رَبَّ كُلِّ شَيءٍ وَمَلِيكَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي وَشَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكهِ” قَالَ: “قُلْهَا إِذَا أَصْبحْتَ، وَإِذا أَمْسَيْتَ، وَإِذَا أَخَذْتَ مَضْجَعَكَ.
Artinya: “Wahai Rasulullah ajarkanlah kepadaku beberapa kalimat yang aku nantinya mengucapkannya ketika pagi dan petang. Beliau pun bersabda, ‘Ucapkanlah: Allahumma Faathiros Samaawaati Wal Ardh ‘Aalimal Ghoybi Wasy Syahaadah, Robba Kulli Syai-In Wa Maliikah, Asyhadu Alla Ilaha Illa Anta. A’udzu Bika Min Syarri Nafsii Wa Syarrisy Syaythooni Wa Syirkihi. (Ya Allah, wahai Rabb Pencipta langit dan bumi, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, syaitan, dan balatentaranya (godaan untuk berbuat syirik kepada Allah). Ucapkanlah seperti itu ketika pagi dan petang, juga ketika akan beranjak tidur.” (HR. Abu Dawud: 5067 dan Tirmidzi: 3392)
13. Saat Ketakutan ketika tidur
Diriwayatkan dari Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
إِذَا فَزِعَ أَحَدُكُمْ فِي النَّوْمِ فَلْيَقُلْ: أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ، وَشَرِّ عِبَادِهِ، وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ وَأَنْ يَحْضُرُوْنِ
Artinya: Jika salah seorang di antara kalian ketakutan ketika tidur, maka hendaklah dia mengucapkan “Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kemarahan dan siksaan-Nya, serta kejahatan hamba-hambaNya, dan dari godaan syaitan (bisikannya) serta jangan sampai mereka hadir (kepadaku).” (HR. Abu Dawud: 3893)
14. Disyariatkan bagi seorang Muslim untuk membacakan doa-doa perlindungan bagi anaknya
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, ia pernah menuturkan:
كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم يُعَوِّذُ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ وَيَقُولُ: إِنَّ أَبَاكُمَا كَانَ يُعَوِّذُ بِهَا إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ ، أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ
Artinya: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam membaca bacaan untuk perlindungan Al-Hasan dan Al-Husain beliau bersabda: “Sesungguhnya bapak kalian berdua (nabi Ibrahim) sesantiasa membaca bacaan untuk perlindungan Ismail dan Ishaq, bacaannya adalah: “‘Audzu bikalimatillahit tammati min kulli syaitanin wa hammatih wa min kulli ‘ainin lammah. (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap syaitan dan binatang yang beracun dan dari setiap mata yang menyakitkan).” (HR. Bukhari: 3371)
Demikian, semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan kepada kita semua dari syaitan dan hal-hal yang buruk. Aamiin.
[1] Jami’ul Bayan ‘an Ta’wil ayl Qur’an, juz 1, hal. 109
[2] Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, juz 1, hal. 29
[3] Jami’ul Bayan ‘an Ta’wil ayl Qur’an, juz 1, hal. 109
[4] Ibid, juz 1, hal. 110
[5] Tafsir Al-Munir fi Al-‘Aqidah wasy Syari’ah wal Manhaj, juz 1, hal 47
[6] Al-Lubâb fi Tafsir Al-Isti’adzah wal Basmalah wa Fâtihatul Kitâb, hal. 63-68